Program Studi D3 Keperawatan, Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah (UM) Banjarmasin menggelar acara yudisium mahasiswa program studi D3 Keperawatan Reguler angkatan XX dan D3 Keperawatan Kelas Internasional angkatan VIII pada hari Selasa, 7 Agustus 2018. Untuk pertama kalinya, yudisium Program Studi D3 Keperawatan kali ini dilaksanakan di Studio Teater Adijani Al-Alabij, Kampus Utama UM Banjarmasin yang terletak di Jl. Gubernur Syarkawi, Lingkar Utara, Handil Bakti Kab. Barito Kuala.
Yudisium ini mengukuhkan kelulusan sejumlah 81 mahasiswa yang terdiri atas 61 orang mahasiswa D3 Keperawatan Reguler dan 13 orang mahasiswa D3 Keperawatan Kelas Internasional, serta 6 orang mahasiswa D3 Keperawatan Kelas Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL). Dari total 61 orang tersebut, terdapat 21 orang lulusan yang berhasil meraih predikat cum laude.
Dekan FKIK, M. Syafwani, S.Kp., M.Kep., Sp.Jiwa dalam sambutannya menyampaikan harapannya kepada para lulusan agar kiranya mampu bersaing dengan lulusan dari institusi manapun. “Kami berharap apa yang sudah didapatkan oleh mahasiswa selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin tidak hanya tersimpan saja di dalam memorinya tetapi bisa diwujudkan dalam bentuk sikap, kinerja maupun juga kemampuan, skill yang memadai sesuai dengan kompetensi yang sudah dicapai,” jelasnya.
Di kesempatan tersebut, Syafwani juga mengingatkan para lulusan bahwa setelah lulus, mereka masih harus melalaui Uji Kompetensi yang akan dilaksanakan secara serentak di seluruh Indnesia pada bulan Oktober 2018 mendatang. “Kami berharap para alumni nantinya akan melalui Uji Kompetensi dengan satu kali saja, bisa lulus semuanya,” harapnya.
Selain itu, Syafwani juga menyinggung rasio kebutuhan terhadap perawat di masyarakat serta kaitannya dengan ketersediaan lapangan pekerjaan bagi lulusan perawat. Mengutip data dari Kemenkes tahun 2017 tentang target kebutuhan tenaga perawat tahun 2019, rasio antara jumlah perawat dengan jumlah penduduk yang harus dicapai adalah 180 perawat per 100 ribu orang penduduk. Namun, sambungnya, kenyataan di lapangan adalah dalam setiap 100 ribu penduduk di Indonesia hanya terdapat 88 perawat. “Berarti masih besar kekurangan tenaga perawat secara nasional. Namun kalau kita berkaca di Pulau Kalimantan, ada 2 propinsi di Kalimantan yang rasio perawatnya sudah memenuhi target 2019, yaitu Kalimantan Utara sebesar 211 perawat per 100 ribu penduduk dan satu lagi adalah Kalimantan Timur dengan 187 perawat 100 ribu penduduk,” jelasnya. Sedangkan daerah dengan rasio jumlah perawat terendah di Indonesia adalah Jawa Barat yang hanya mencapai 48 perawat per 100 ribu penduduk.
Melalui data tersebut, Syafwani berusaha memotivasi para lulusan agar tidak hanya berharap dari lapangan pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah, yang dalam hal ini penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), melainkan juga di sektor swasta yang, nyatanya, membuka lapangan pekerjaan lebih luas, khususnya bagi fresh graduate di bidang keperawatan. “Para alumni untuk bersaing mencari lahan kerja tidak hanya sasarannya adalah pegawai negeri saja, tapi sektor swasta lebih banyak juga yang menjanjikan untuk masa depan kalian nantinya,” ujarnya.
Prof. Dr. H. Ahmad Khairuddin, M.Ag selaku Rektor UM Banjarmasin dalam sambutannya berpidato mengenai visi universitas untuk menjadi perguruan tinggi yang terdepan melalui perannya dalam memajukan dunia pendidikan tinggi. Prof. Khairuddin menyampaikan bahwa saat ini mayoritas dosen di UM Banjarmasin, khususnya di bidang keperawatan, berlabel S2 dan pihaknya terus melakukan usaha-usaha untuk peningkatan dan pemerataan jenjang pendidikan dosen. “Saat ini kami sedang menjajaki untuk percepatan studi lanjut dosen menjadi doktoral atau S3 keperawatan baik di perguruan tinggi dalam maupun luar negeri,” tegasnya.(Frd)